Pemuda Yang Banyak Bicara
Seorang pemuda yang sedang jatuh cinta berusaha selama berbulan-bulan untuk mengambil hati pujaannya, namun gagal. Ia merasa sakit hati karena ditolak. Namun akhirnya si jantung-hati menyerah. “Datanglah di tempat anu pada jam anu,” katanya.
Pada waktu dan di tempat anu tersebut, akhirnya si pemuda sungguh jadi duduk bersanding dengan jantung-hatinya. Lalu ia merogoh saku dan mengeluarkan seberkas surat-surat cinta, yang telah ia tulis selama berbulan-bulan, sejak ia mengenal si jantung-hati. Surat-surat itu penuh kata-kata asmara, mengungkapkan kerinduan hatinya dan hasratnya yang membara untuk mengalami kebahagiaan karena dipersatukan dalam cinta. Ia mulai membacakan semua suratnya itu untuk jantung-hatinya. Berjam-jam telah lewat, namun ia masih juga terus membaca.
Akhirnya si jantung-hati berkata tentang aku dan rindumu padaku. Sekarang aku di sini, bahkan duduk di sampingmu. Dan kamu masih juga membacakan surat-suratmu yang membosankan itu!”
“Inilah aku, duduk di sampingmu,” sabda Tuhan kepada penyembahnya, “dan engkau masih juga berpikir-pikir tentang aku di dalam benakmu, berbicara tentang Aku dengan mulutmu, dan membaca tentang Aku dalam buku-bukumu. Kapankah engkau akan diam dan mulai menghayati kehadiranKu?”
(taken from Burung Berkicau, Anthony de Mello, SJ)
God opened this page (124-125) from Burung Berkicau for me…
Seorang pemuda yang sedang jatuh cinta berusaha selama berbulan-bulan untuk mengambil hati pujaannya, namun gagal. Ia merasa sakit hati karena ditolak. Namun akhirnya si jantung-hati menyerah. “Datanglah di tempat anu pada jam anu,” katanya.
Pada waktu dan di tempat anu tersebut, akhirnya si pemuda sungguh jadi duduk bersanding dengan jantung-hatinya. Lalu ia merogoh saku dan mengeluarkan seberkas surat-surat cinta, yang telah ia tulis selama berbulan-bulan, sejak ia mengenal si jantung-hati. Surat-surat itu penuh kata-kata asmara, mengungkapkan kerinduan hatinya dan hasratnya yang membara untuk mengalami kebahagiaan karena dipersatukan dalam cinta. Ia mulai membacakan semua suratnya itu untuk jantung-hatinya. Berjam-jam telah lewat, namun ia masih juga terus membaca.
Akhirnya si jantung-hati berkata tentang aku dan rindumu padaku. Sekarang aku di sini, bahkan duduk di sampingmu. Dan kamu masih juga membacakan surat-suratmu yang membosankan itu!”
“Inilah aku, duduk di sampingmu,” sabda Tuhan kepada penyembahnya, “dan engkau masih juga berpikir-pikir tentang aku di dalam benakmu, berbicara tentang Aku dengan mulutmu, dan membaca tentang Aku dalam buku-bukumu. Kapankah engkau akan diam dan mulai menghayati kehadiranKu?”
(taken from Burung Berkicau, Anthony de Mello, SJ)
God opened this page (124-125) from Burung Berkicau for me…