Anak Sekolah Ciptakan Detektor Ponsel
Reporter: Wicaksono Hidayat
detikcom - Jakarta, Sekelompok anak sekolah asal Selandia Baru telah menciptakan alat detektor ponsel berharga murah. Berawal di sekolah, proyek itu bisa jadi bisnis sungguhan.
Usia mereka terbilang muda, baru 17 tahunan, tapi ide bisnis mereka cukup brilian. Mereka adalah Adam Manley, James Cole, Logan Elliot, Blair Renwick, Matthew Francis dan Thomas Cole, bersama-sama mereka menjual alat praktis untuk mendeteksi adanya penggunaan ponsel.
Keenam anak sekolah itu tergabung dalam 'perusahaan' bernama StopCom. Perusahaan yang didirikan khusus untuk kompetisi Young Enterprise di St Thomas of Canterbury College, Christchurch, Selandia Baru.
Dalam kompetisi tersebut mereka menciptakan alat yang dinamai 'CellTrac-r'. Alat tersebut mampu mendeteksi adanya aktivitas ponsel dalam radius 30 meter. Alat itu juga mampu memperkirakan seberapa jauh lokasi ponsel yang terdeteksi.
CellTrac-r dilengkapi dengan empat buah dioda pemendar cahaya (LED, light-emitting diodes). Semakin dekat ponsel yang terdeteksi, semakin banyak LED yang menyala.
* Bisa Jadi Bisnis Sungguhan
Dibantu oleh perusahaan elektronik lokal, Tait Electronics, keenam anak itu berhasil mengembangkan produk yang layak untuk dipasarkan. Bahkan, seperti dapat dilihat pada situs StopCom.co.nz, produk generasi berikutnya akan segera tersedia secara komersil.
Adam Manley, Managing Director StopCom, baru berusia 17 tahun. "Proyek ini sudah melampaui batasan kompetisi Young Enterprise," ujarnya, sambil kemudian menambahkan bahwa seluruh 20 produk yang mereka buat untuk kompetisi ini telah habis terjual.
Kepada BBC, Rabu (21/07/2004), Frik de Beer menyebut produk ini bukan sekadar mainan anak-anak. "Dari sisi teknis integritasnya bagus. Produk itu juga didesain untuk produksi secara massal, jika mereka memang ingin melakukan itu," papar Frik, manajer hak atas kekayaan intelektual Tait Electronics, sekaligus mentor StopCom dalam kompetisi tersebut.
Saat ini CellTrac-r dijual seharga US$ 69,95 (kurang lebih Rp 630 ribu). Versi berikutnya diperkirakan tidak akan melebihi US$ 100, jauh lebih murah dibandingkan produk serupa dari perusahaan besar yang harganya bisa mencapai sepuluh kali lipat.
* Cegah Mencontek
Salah satu penerapan CellTrac-r adalah di sekolah-sekolah. Terutama, untuk mencegah murid-murid mencontek dengan menggunakan ponsel.
Linda Roberts, seorang pegawai yang ikut mengorganisir ujian di Universitas Canterbury, Selandia Baru, akan memanfaatkan alat tersebut. "Ponsel bisa berukuran sangat kecil. Mahasiswa bisa saja bertukar pesan singkat selama ujian, dan akan sulit untuk kami deteksi," ia mengemukakan alasannya.
Selain itu, Linda berencana untuk menerapkan alat ini di toilet pria dan wanita selama ujian. Linda berharap bisa mendeteksi bila seorang mahasiswa sedang mengirim pesan singkat saat berada dalam toilet. "Dalam sebuah ujian, 'kunjungan' ke toilet bisa berlangsung lama sekali. Padahal, dengan kecanggihan teknologi yang ada, kami seringkali tidak bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam (toilet)," Linda memaparkan.
Untuk sementara ini, StopCom masih akan menjalankan bisnis berskala kompetisi. Namun setelah pengumuman pemenang di bulan Oktober 2004, Adam mengemukakan, bisa jadi mereka akan mengembangkan bisnis ini menjadi bisnis sungguhan.(wsh)
[source]
Reporter: Wicaksono Hidayat
detikcom - Jakarta, Sekelompok anak sekolah asal Selandia Baru telah menciptakan alat detektor ponsel berharga murah. Berawal di sekolah, proyek itu bisa jadi bisnis sungguhan.
Usia mereka terbilang muda, baru 17 tahunan, tapi ide bisnis mereka cukup brilian. Mereka adalah Adam Manley, James Cole, Logan Elliot, Blair Renwick, Matthew Francis dan Thomas Cole, bersama-sama mereka menjual alat praktis untuk mendeteksi adanya penggunaan ponsel.
Keenam anak sekolah itu tergabung dalam 'perusahaan' bernama StopCom. Perusahaan yang didirikan khusus untuk kompetisi Young Enterprise di St Thomas of Canterbury College, Christchurch, Selandia Baru.
Dalam kompetisi tersebut mereka menciptakan alat yang dinamai 'CellTrac-r'. Alat tersebut mampu mendeteksi adanya aktivitas ponsel dalam radius 30 meter. Alat itu juga mampu memperkirakan seberapa jauh lokasi ponsel yang terdeteksi.
CellTrac-r dilengkapi dengan empat buah dioda pemendar cahaya (LED, light-emitting diodes). Semakin dekat ponsel yang terdeteksi, semakin banyak LED yang menyala.
* Bisa Jadi Bisnis Sungguhan
Dibantu oleh perusahaan elektronik lokal, Tait Electronics, keenam anak itu berhasil mengembangkan produk yang layak untuk dipasarkan. Bahkan, seperti dapat dilihat pada situs StopCom.co.nz, produk generasi berikutnya akan segera tersedia secara komersil.
Adam Manley, Managing Director StopCom, baru berusia 17 tahun. "Proyek ini sudah melampaui batasan kompetisi Young Enterprise," ujarnya, sambil kemudian menambahkan bahwa seluruh 20 produk yang mereka buat untuk kompetisi ini telah habis terjual.
Kepada BBC, Rabu (21/07/2004), Frik de Beer menyebut produk ini bukan sekadar mainan anak-anak. "Dari sisi teknis integritasnya bagus. Produk itu juga didesain untuk produksi secara massal, jika mereka memang ingin melakukan itu," papar Frik, manajer hak atas kekayaan intelektual Tait Electronics, sekaligus mentor StopCom dalam kompetisi tersebut.
Saat ini CellTrac-r dijual seharga US$ 69,95 (kurang lebih Rp 630 ribu). Versi berikutnya diperkirakan tidak akan melebihi US$ 100, jauh lebih murah dibandingkan produk serupa dari perusahaan besar yang harganya bisa mencapai sepuluh kali lipat.
* Cegah Mencontek
Salah satu penerapan CellTrac-r adalah di sekolah-sekolah. Terutama, untuk mencegah murid-murid mencontek dengan menggunakan ponsel.
Linda Roberts, seorang pegawai yang ikut mengorganisir ujian di Universitas Canterbury, Selandia Baru, akan memanfaatkan alat tersebut. "Ponsel bisa berukuran sangat kecil. Mahasiswa bisa saja bertukar pesan singkat selama ujian, dan akan sulit untuk kami deteksi," ia mengemukakan alasannya.
Selain itu, Linda berencana untuk menerapkan alat ini di toilet pria dan wanita selama ujian. Linda berharap bisa mendeteksi bila seorang mahasiswa sedang mengirim pesan singkat saat berada dalam toilet. "Dalam sebuah ujian, 'kunjungan' ke toilet bisa berlangsung lama sekali. Padahal, dengan kecanggihan teknologi yang ada, kami seringkali tidak bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam (toilet)," Linda memaparkan.
Untuk sementara ini, StopCom masih akan menjalankan bisnis berskala kompetisi. Namun setelah pengumuman pemenang di bulan Oktober 2004, Adam mengemukakan, bisa jadi mereka akan mengembangkan bisnis ini menjadi bisnis sungguhan.(wsh)
[source]