Dari Seminar IAMS-N, TU Delft
Reporter: Eddi Santosa
detikcom - Den Haag, Sistem pembangkit listrik stokastik diharapkan menjadi alternatif sistem konvensional bersumber bahan bakar tak terbarui: minyak bumi dan batubara. Hal itu disampaikan Muhammad Reza, kandidat doktor teknik energi listrik pada Technische Universiteit Delft, Belanda, kepada detikcom Selasa (26/10/2004) petang waktu setempat.
Menurut Reza, yang dimaksud listrik stokastik adalah listrik yang dihasilkan dari pasokan sumber energi tak tentu, misalnya dari tenaga tiupan angin atau sinar matahari. Dengan kata lain listrik stokastik adalah kebalikan dari listrik deterministik (dapat ditentukan) atau listrik konvensional yang telah lazim dimanfaatkan seperti dihasilkan PLN, yang tersentralisasi, berskala besar, dan berbahan bakar minyak bumi atau batubara.
Ke depan, kata Reza, penggunaan listrik stokastik ini harus menjadi keniscayaan karena ramah lingkungan dan bersifat renewable (terbarukan).
"Mengingat bahwa sistem tenaga listrik pada awalnya didisain untuk menggunakan sistem pembangkitan tenaga listrik deterministik, maka diperlukan studi terhadap sistem tenaga listrik di masa depan yang banyak menggunakan sistem pembangkit tenaga listrik stokastik ini," ujar jebolan ITB, yang mempresentasikan makalahnya tentang listrik stokastik tersebut pada seminar sekaligus launching organisasi para matematikawan Indonesia di Belanda, The Indonesian Applied Mathematics Society in the Netherlands (IAMS-N) di ruang Anthony Snijderzaal, Fakultas Teknik Elektro, Matematika dan Informatika, 21/10/2004 lalu.
Dikatakan Reza, pengembangan tenaga listrik stokastik ini bisa dilakukan baik dalam skala besar, contohnya wind park, maupun skala kecil yang tersebar langsung di pengguna, misalnya dengan pemasangan solar cell (panel surya) di atap-atap rumah tangga atau konsumen listrik dan pemasangan kincir angin kecil di daerah pertanian.
Untuk melangkah ke arah itu, kata Reza, diperlukan inisiatif negara dan dukungan masyarakat atau sebaliknya. Dimulai dengan keputusan politik, kemudian operasionalnya dapat dilakukan oleh pemerintah atau swasta yang ikut mengembangkannya diberikan stimulasi tertentu, misalnya keringanan pajak. Dengan demikian proses meninggalkan ketergantungan pada listrik bersumber bahan bakar minyak bumi dapat dimulai.
Pertanyaannya kemudian adalah apakah produk listrik stokastik itu harga jualnya ke konsumen nanti lebih menarik daripada produk listrik deterministik?
Reza mengatakan bahwa untuk itu memang masih diperlukan penelitian yang lengkap. Dijelaskan bahwa komponen biaya konstruksi itu banyak, mencakup di dalamnya biaya pembangunan, investiasi mesin-mesin pembangkit, biaya pembangunan jaringan transmisi dan jaringan distribusi listrik, biaya pembebasan tanah yang dilalui jaringan listrik, komponen biaya bahan bakar, komponen biaya operator, komponen biaya pemeliharaan alat, dsb.
"Nah, dari semua komponen biaya itu sampai saat ini komponen pencemaran lingkungan jarang dihitung. Bisa saja misalnya harga jual produk listrik stokastik lebih mahal per kwh-nya, tapi dengan menghitung komponen risiko terhadap lingkungan dia menjadi relatif lebih murah," demikian Reza.(es)
Reporter: Eddi Santosa
detikcom - Den Haag, Sistem pembangkit listrik stokastik diharapkan menjadi alternatif sistem konvensional bersumber bahan bakar tak terbarui: minyak bumi dan batubara. Hal itu disampaikan Muhammad Reza, kandidat doktor teknik energi listrik pada Technische Universiteit Delft, Belanda, kepada detikcom Selasa (26/10/2004) petang waktu setempat.
Menurut Reza, yang dimaksud listrik stokastik adalah listrik yang dihasilkan dari pasokan sumber energi tak tentu, misalnya dari tenaga tiupan angin atau sinar matahari. Dengan kata lain listrik stokastik adalah kebalikan dari listrik deterministik (dapat ditentukan) atau listrik konvensional yang telah lazim dimanfaatkan seperti dihasilkan PLN, yang tersentralisasi, berskala besar, dan berbahan bakar minyak bumi atau batubara.
Ke depan, kata Reza, penggunaan listrik stokastik ini harus menjadi keniscayaan karena ramah lingkungan dan bersifat renewable (terbarukan).
"Mengingat bahwa sistem tenaga listrik pada awalnya didisain untuk menggunakan sistem pembangkitan tenaga listrik deterministik, maka diperlukan studi terhadap sistem tenaga listrik di masa depan yang banyak menggunakan sistem pembangkit tenaga listrik stokastik ini," ujar jebolan ITB, yang mempresentasikan makalahnya tentang listrik stokastik tersebut pada seminar sekaligus launching organisasi para matematikawan Indonesia di Belanda, The Indonesian Applied Mathematics Society in the Netherlands (IAMS-N) di ruang Anthony Snijderzaal, Fakultas Teknik Elektro, Matematika dan Informatika, 21/10/2004 lalu.
Dikatakan Reza, pengembangan tenaga listrik stokastik ini bisa dilakukan baik dalam skala besar, contohnya wind park, maupun skala kecil yang tersebar langsung di pengguna, misalnya dengan pemasangan solar cell (panel surya) di atap-atap rumah tangga atau konsumen listrik dan pemasangan kincir angin kecil di daerah pertanian.
Untuk melangkah ke arah itu, kata Reza, diperlukan inisiatif negara dan dukungan masyarakat atau sebaliknya. Dimulai dengan keputusan politik, kemudian operasionalnya dapat dilakukan oleh pemerintah atau swasta yang ikut mengembangkannya diberikan stimulasi tertentu, misalnya keringanan pajak. Dengan demikian proses meninggalkan ketergantungan pada listrik bersumber bahan bakar minyak bumi dapat dimulai.
Pertanyaannya kemudian adalah apakah produk listrik stokastik itu harga jualnya ke konsumen nanti lebih menarik daripada produk listrik deterministik?
Reza mengatakan bahwa untuk itu memang masih diperlukan penelitian yang lengkap. Dijelaskan bahwa komponen biaya konstruksi itu banyak, mencakup di dalamnya biaya pembangunan, investiasi mesin-mesin pembangkit, biaya pembangunan jaringan transmisi dan jaringan distribusi listrik, biaya pembebasan tanah yang dilalui jaringan listrik, komponen biaya bahan bakar, komponen biaya operator, komponen biaya pemeliharaan alat, dsb.
"Nah, dari semua komponen biaya itu sampai saat ini komponen pencemaran lingkungan jarang dihitung. Bisa saja misalnya harga jual produk listrik stokastik lebih mahal per kwh-nya, tapi dengan menghitung komponen risiko terhadap lingkungan dia menjadi relatif lebih murah," demikian Reza.(es)