Di hari pertama saya masuk Fasilkom dulu,
ada kata2 pak Bagyo yang nancep di kepala saya:
"Dari seluruh anak sebaya kalian di Indonesia,
negara cuma mampu membiayai pendidikan tinggi
buat sepersepuluhnya saja.
Artinya, dengan kalian masuk PT negeri,
ada 9 anak lainnya yang tidak kebagian
pendidikan yang sama, padahal juga berhak.
Oleh karena itu, diharapkan saat kalian lulus nanti,
tidak cuma berpikir untuk cari kerja jadi karyawan saja,
melainkan buka lapangan kerja untuk menghidupi 9 orang lain"
Terus terang saya saat ini masih jadi karyawan.
Istri saya juga dulunya wartawan yang digaji perbulan.
Sampai kemudian sejak 2002 kami memutuskan untuk bikin usaha.
Saat ini saya masih tetap bekerja,
tapi sebagian dari gaji saya, dipakai untuk menyokong
usaha bikin coklat (bisa diintip di www.podjokcoklat.com)
yang dijalankan istri saya setelah dia keluar dari pekerjaannya.
Usaha kami masih kecil, tapi lumayanlah.
Sudah bisa menggaji 3 orang untuk
bantu bikin coklat dan mengantarkannya.
Baru 3. Belum 9. Masih harus ditingkatkan.
Tapi saya belum berani berbangga.
Saya belum apa-apa dibandingkan mas Prihandoko'86.
Beliau sudah berani mencurahkan segala daya, upaya, pikiran,
tenaga, dana dsb untuk bikin sekolah di daerah minus.
Kalau saya baru bisa bantu 3 orang, beliau sudah commit
untuk bantu puluhan bahkan ratusan.
But at least, i've done my share.
Sesuai porsi yang saya punya.
Saya tau beberapa rekan juga udah berbuat.
Sesuai porsi mereka.
Kalau mas Pri (yang ini mas Priyoko) menyatakan
bahwa ide saja tidak cukup, ya mari kita berbuat.
(1) buat yang masih jadi karyawan,
makinlah disiplin untuk menyisihkan pendapatan.
infaq 2.5 persen buat yang muslim.
persembahan persepuluhan buat yang nasrani.
Salurkan ke tempat yang tepat.
Sangat banyak yang masih butuh bantuan,
tapi tentu tidak semua kita bisa bantu.
Bikin skala prioritas.
Membantu yayasan pendidikan, GNOTA, atau yatim piatu
akan lebih strategis untuk memperbaiki negara ini kedepannya.
(2) Buat yang sudah punya bisnis,
berbisnislah dengan compassionate.
Jangan cuma mengejar laba dan menekan pekerja.
Pikirkan bahwa kitalah yang dulu mengambil jatah pendidikan mereka.
Upayakan membantu sebanyak mungkin sesama.
(3) Untuk yang kerja di luar negeri,
perbanyak mengirim uang ke keluarga di dalam negeri.
Biarpun sedikit, tapi kalau semua orang melakukan,
akan sangat membantu balance devisa Indonesia.
Ini adalah privilege yang tidak dimiliki kami yg didalam negeri.
Pergunakan kesempatan ini sebaik-baiknya.
(4) Untuk yang memang tidak akan pulang lagi ke Indonesia,
usahakan berbisnis sesuatu untuk membantu Indonesia.
Ekspor kerajinan Bali, furniture Jepara or something gitu.
Itung2 membayar utang ke negara waktu disekolahin di UI.
Nggak pengen ngemplang utang kan?
(5) Untuk yang sudah tidak kerja lagi,
manfaatkan waktu luang untuk mendidik anak-anak sebaik-baiknya.
Kalau generasi kita sudah susah diperbaiki,
setidaknya generasi di bawah kita bisa lebih baik.
(6) Untuk yang masih sekolah,
pastikan anda menyerap ilmu sebaik-baiknya.
Kalau kita tidak bisa lebih pintar dari Amerika,
akan sulit buat kita untuk mengalahkannya.
(7) Buat yang berkesempatan ikut pemilu/pilkada
pilihlah yang terbaik menurut nurani anda.
(8) -- silakan tambahkan di sini --
Lakukan semuanya itu sesuai porsi masing-masing.
Yang penting, berbuat.
I've done my share, and still refining it.
This country still need help from you guys too.
Beda antara berpikir dan berbuat itu kecil.
Tinggal melangkah aja.
Bisakah kita? Bisa!
Just do it, and you will be amazed by the result
yang dulu tidak pernah kita bayangkan bisa kita capai.
Catatan:
Contoh bupati TapSel itu sangat bagus sekali.
Semoga dia dibantu semua orang, dan bukannya dicemooh
kalau tidak bisa menuntaskan segala urusan dalam semalam.
Tambahan:
Kalau saya ada salah kata atau ada yang salah tangkap,
mohon dikonfirmasi. Biar sama-sama enak gituh... :)
-ivo89
--
The good you do today, people will often forget tomorrow; Do good anyway.
ada kata2 pak Bagyo yang nancep di kepala saya:
"Dari seluruh anak sebaya kalian di Indonesia,
negara cuma mampu membiayai pendidikan tinggi
buat sepersepuluhnya saja.
Artinya, dengan kalian masuk PT negeri,
ada 9 anak lainnya yang tidak kebagian
pendidikan yang sama, padahal juga berhak.
Oleh karena itu, diharapkan saat kalian lulus nanti,
tidak cuma berpikir untuk cari kerja jadi karyawan saja,
melainkan buka lapangan kerja untuk menghidupi 9 orang lain"
Terus terang saya saat ini masih jadi karyawan.
Istri saya juga dulunya wartawan yang digaji perbulan.
Sampai kemudian sejak 2002 kami memutuskan untuk bikin usaha.
Saat ini saya masih tetap bekerja,
tapi sebagian dari gaji saya, dipakai untuk menyokong
usaha bikin coklat (bisa diintip di www.podjokcoklat.com)
yang dijalankan istri saya setelah dia keluar dari pekerjaannya.
Usaha kami masih kecil, tapi lumayanlah.
Sudah bisa menggaji 3 orang untuk
bantu bikin coklat dan mengantarkannya.
Baru 3. Belum 9. Masih harus ditingkatkan.
Tapi saya belum berani berbangga.
Saya belum apa-apa dibandingkan mas Prihandoko'86.
Beliau sudah berani mencurahkan segala daya, upaya, pikiran,
tenaga, dana dsb untuk bikin sekolah di daerah minus.
Kalau saya baru bisa bantu 3 orang, beliau sudah commit
untuk bantu puluhan bahkan ratusan.
But at least, i've done my share.
Sesuai porsi yang saya punya.
Saya tau beberapa rekan juga udah berbuat.
Sesuai porsi mereka.
Kalau mas Pri (yang ini mas Priyoko) menyatakan
bahwa ide saja tidak cukup, ya mari kita berbuat.
(1) buat yang masih jadi karyawan,
makinlah disiplin untuk menyisihkan pendapatan.
infaq 2.5 persen buat yang muslim.
persembahan persepuluhan buat yang nasrani.
Salurkan ke tempat yang tepat.
Sangat banyak yang masih butuh bantuan,
tapi tentu tidak semua kita bisa bantu.
Bikin skala prioritas.
Membantu yayasan pendidikan, GNOTA, atau yatim piatu
akan lebih strategis untuk memperbaiki negara ini kedepannya.
(2) Buat yang sudah punya bisnis,
berbisnislah dengan compassionate.
Jangan cuma mengejar laba dan menekan pekerja.
Pikirkan bahwa kitalah yang dulu mengambil jatah pendidikan mereka.
Upayakan membantu sebanyak mungkin sesama.
(3) Untuk yang kerja di luar negeri,
perbanyak mengirim uang ke keluarga di dalam negeri.
Biarpun sedikit, tapi kalau semua orang melakukan,
akan sangat membantu balance devisa Indonesia.
Ini adalah privilege yang tidak dimiliki kami yg didalam negeri.
Pergunakan kesempatan ini sebaik-baiknya.
(4) Untuk yang memang tidak akan pulang lagi ke Indonesia,
usahakan berbisnis sesuatu untuk membantu Indonesia.
Ekspor kerajinan Bali, furniture Jepara or something gitu.
Itung2 membayar utang ke negara waktu disekolahin di UI.
Nggak pengen ngemplang utang kan?
(5) Untuk yang sudah tidak kerja lagi,
manfaatkan waktu luang untuk mendidik anak-anak sebaik-baiknya.
Kalau generasi kita sudah susah diperbaiki,
setidaknya generasi di bawah kita bisa lebih baik.
(6) Untuk yang masih sekolah,
pastikan anda menyerap ilmu sebaik-baiknya.
Kalau kita tidak bisa lebih pintar dari Amerika,
akan sulit buat kita untuk mengalahkannya.
(7) Buat yang berkesempatan ikut pemilu/pilkada
pilihlah yang terbaik menurut nurani anda.
(8) -- silakan tambahkan di sini --
Lakukan semuanya itu sesuai porsi masing-masing.
Yang penting, berbuat.
I've done my share, and still refining it.
This country still need help from you guys too.
Beda antara berpikir dan berbuat itu kecil.
Tinggal melangkah aja.
Bisakah kita? Bisa!
Just do it, and you will be amazed by the result
yang dulu tidak pernah kita bayangkan bisa kita capai.
Catatan:
Contoh bupati TapSel itu sangat bagus sekali.
Semoga dia dibantu semua orang, dan bukannya dicemooh
kalau tidak bisa menuntaskan segala urusan dalam semalam.
Tambahan:
Kalau saya ada salah kata atau ada yang salah tangkap,
mohon dikonfirmasi. Biar sama-sama enak gituh... :)
-ivo89
On 10/31/05, Priyoko Tri S (freeyouko@yahoo.com) wrote:
Sebagian orang merasa ide udah ga cukup, krn mandeg
pas diimplementasi. Karena itu kemudian milih
nyemplung sekalian untuk mengimplementasikan idenya
sendiri. Ada pemeo, seseorang belum
terbukti bersih, kalau belum pernah berhadapan
langsung dengan dunia yg kotor.
Misalnya bupati tapanuli selatan (tapsel).
Yang dari Sumut mungkin bisa cek. Sy denger bupati
tapanuli selatan sekarang mantan profesional IT di
schlumberger. Tapsel katanya sih daerah minus sumber
daya. Bisa ga ini orang, yg mungkin belum pernah kena
getah KKN, mengelola birokrasi pemda yg kita udah
tau sendiri gimana. Tambah lagi, daerahnya minus.
--Priyoko
--- Ivo Setyadi (ivosetyadi@gmail.com) wrote:
>...
> kalau jim, punya ide apa?
> mari ber-brainstorm mencari solusi.
> kita sama-sama capek ngeliat bangsa ini nggak
> maju-maju.
>
>
--
The good you do today, people will often forget tomorrow; Do good anyway.