Senin, 16/11/2009 11:10 WIB
Akhir Kisah Pengoplos Gas
Andi Saputra - detikNews
Jakarta - Badannya hancur, setengah terbakar. Kepalanya putus dari tubuhnya. Haryanto (45) atau biasa dipanggil Ateng oleh tetangganya, meregang nyawa secara mengenaskan Jumat (13/11/2009).
Ateng tewas terkena ledakan puluhan gas yang sedang dioplos di rumahnya, Jalan Swadaya 26, Rt 8/5, Duren Sawit, Jakarta Timur. "Warga sudah tahu kalau dia mengoplos gas. Baunya menyengat," kata Waryo, tetangga korban, kepada detikcom, Senin (16/11/2009).
Mengoplosnya sangat sederhana dan membahayakan. Tiap tabung gas isi 12 kg dikurangi gasnya dengan cara disalurkan ke sebuah tabung gas kosong dengan ukuran sama. Caranya, cukup dihadap-hadapkan dan dialirkan lewat sebuah selang sepanjang 40 cm. Dari 3 tabung yang dikurangi, dihasilkan 1 tabung hasil pengoplos. Agar tabung gas tetap seberat 12 kg bila ditimbang, air seringkali ditambahkan.
"Satu tabung hasil oplosan dijual dengan harga biasa. Kali berapa puluh tabung. Sudah jelas untungnya," ujar Waryo.
Akhir hidup Ateng yang mengenaskan tak ditanggung sendiri. Istrinya, Siti (42) juga tewas seketika karena ledakan dan terbakar. Sedang anak keduanya, Suyanto (21), meregang nyawa di RS Harun karena luka bakar pada malam harinya. "Sudah kami peringatkan dalam rapat RW. Ini kali kedua," ujar Ketua RT, Udin Bin Tohir.
Ledakan elpiji itu bak bom. Rumah 2 lantai terbuat dari beton pun hancur luluh lantak. 9 rumah di sekelilingnya ikut rusak karena getaran ledakan yang dihasilkan. Setelah 8 jam evakuasi, barulah ditemukan tubuh Ateng yang telah hancur. "Sepeda motor Mio saja tak berbentuk, apalagi tubuh manusia," ujar Udin.
(asp/nrl)
Akhir Kisah Pengoplos Gas
Andi Saputra - detikNews
Jakarta - Badannya hancur, setengah terbakar. Kepalanya putus dari tubuhnya. Haryanto (45) atau biasa dipanggil Ateng oleh tetangganya, meregang nyawa secara mengenaskan Jumat (13/11/2009).
Ateng tewas terkena ledakan puluhan gas yang sedang dioplos di rumahnya, Jalan Swadaya 26, Rt 8/5, Duren Sawit, Jakarta Timur. "Warga sudah tahu kalau dia mengoplos gas. Baunya menyengat," kata Waryo, tetangga korban, kepada detikcom, Senin (16/11/2009).
Mengoplosnya sangat sederhana dan membahayakan. Tiap tabung gas isi 12 kg dikurangi gasnya dengan cara disalurkan ke sebuah tabung gas kosong dengan ukuran sama. Caranya, cukup dihadap-hadapkan dan dialirkan lewat sebuah selang sepanjang 40 cm. Dari 3 tabung yang dikurangi, dihasilkan 1 tabung hasil pengoplos. Agar tabung gas tetap seberat 12 kg bila ditimbang, air seringkali ditambahkan.
"Satu tabung hasil oplosan dijual dengan harga biasa. Kali berapa puluh tabung. Sudah jelas untungnya," ujar Waryo.
Akhir hidup Ateng yang mengenaskan tak ditanggung sendiri. Istrinya, Siti (42) juga tewas seketika karena ledakan dan terbakar. Sedang anak keduanya, Suyanto (21), meregang nyawa di RS Harun karena luka bakar pada malam harinya. "Sudah kami peringatkan dalam rapat RW. Ini kali kedua," ujar Ketua RT, Udin Bin Tohir.
Ledakan elpiji itu bak bom. Rumah 2 lantai terbuat dari beton pun hancur luluh lantak. 9 rumah di sekelilingnya ikut rusak karena getaran ledakan yang dihasilkan. Setelah 8 jam evakuasi, barulah ditemukan tubuh Ateng yang telah hancur. "Sepeda motor Mio saja tak berbentuk, apalagi tubuh manusia," ujar Udin.
(asp/nrl)