Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2003
Berkomentar Penulis: Aa Gym Madinah, 18 jan 2003 Entah mengapa rasanya mulut ini mudah sekali berkomentar. Apa yang dilihat, didengar, dirasa, rasa-rasanya amat menggelitik, sehingga dengan disadari atau tidak, terlontar kata kata yang begitu mungil dan ringan diucapkan tapi begitu besar dan berat dampak dunia akheratnya. Bahkan celetukan spontan selain bisa memperlihatkan kualitas kepribadian kita juga bisa menentukan nasib baik kita atau sebaliknya. Kalau tak berhati-hati, komentar kita bisa melukai hati orang lain, karena yang bersangkutan bisa merasa dihina atau dipermalukan atau merasa diejek, (walau kita tak bermaksud buruk) namun begitulah, celoteh iseng kadang bagai pisau yang mengiris, menyakiti dan membuat luka, tentu seperti yang kita tahu sakit hati akan menimbulkan benih kebencian, benci menggiring kepada dengki dan permusuhan, memiliki musuh berarti mempersempit kehidupan kita serta memersiapkan ranjau yang akan mencelakakan diri. Komentar juga bisa menan...
Imagine Imagine there's no heaven, It's easy if you try, No hell below us, Above us only sky, Imagine all the people living for today... Imagine there's no countries, It isnt hard to do, Nothing to kill or die for, No religion too, Imagine all the people living life in peace... Imagine no possesions, I wonder if you can, No need for greed or hunger, A brotherhood of man, imagine all the people Sharing all the world... You may say Im a dreamer, but Im not the only one, I hope some day you'll join us, And the world will live as one. (John Lennon)
Tekun (disadur dari blog-nya weedee ) Konon Mushashi, si legenda jago samurai dari Jepang, tidak selalu mengabulkan tantangan duel yang dilayangkan kepadanya. Dia akan menimang senjatanya, dan saat itu juga dia tahu, apakah dia akan siap dengan pertarungan yang baru atau tidak. Seorang teman menceritakan perumpamaan ini, untuk menjawab keheranan saya, melihatnya berlatih menggambar setiap hari padahal ia ssaaannggaaaat jago bikin sketsa ( the best I've ever met -lah). Berlatih dalam arti yang sebenarnya, membuat tarikan-tarikan sederhana seperti yang kami dulu lakukan saat kuliah Rupa Dasar dulu. Setiap hari, puluhan lembar kertas ia habiskan untuk berlatih. Buat saya, ini sedikit absurd, karena saya (dan teman-teman) sependapat, bahwa skill menggambarnya itu adalah bakat gawan bayi , sesuatu yang sudah melekat padanya sejak lahir. Cukup lama saya tidak setuju dengan teman ini , dan menganggapnya buang waktu semata. Sampai suatu hari saya menyadari, ada begitu banyak contoh luar ...